PROBOLINGGO - Pembina Kendali Mutu Pusat Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Musholli Ready menyebutkan 4 hal tantangan santri dalam menjaga keotentikan kitab kuning di pesantren.
"Mendalami pengetahuan kitab kuning jangan menjadi pilihan alternatif tapi harus menjadi pilihan autentik, " kata Musholli saat mengisi seminar motivasi Pendidikan Diniyah Menghadapi Tantangan Zaman. Jum'at (04/08/23).
Ia menceritakan pengalamannya, meskipun dirinya lulusan pesantren yang notabene bergelut dengan kitab kuning, ia pun memiliki kemampuan yang sama dengan mereka yang belajar pengetahuan umum.
"Saya meski tidak belajar pengetahuan umum, namun bisa bersaing di perguruan tinggi dengan mereka yang belajar pengetahuan umum. Justru saya memiliki pengetahuan lebih dibanding mereka, " tegasnya.
Musholli menyebutkan, 4 Tantangan itu adalah melawan malas, jadikan seluruh waktu untuk belajar kitab kuning, harus berlama-lama mondok, dan jangan merasa puas.
"Jika seorang santri mampu melewati 4 hal itu tradisi kitab kuning akan terjaga, " imbuhnya.
Meskipun demikian, Musholli memberikan tips agar cepat tahu membaca dan memahami kitab kuning. Katanya, pahami nahwu dan shorraf. Jika kedua ilmu ini dikuasai, maka akan dapat mengetahui cara dan memahami kitab kuning.
Namun, ungkapnya, santri saat ini tidak memiliki ghiroh untuk belajar kitab klasik tersebut. Hal itu menurut Musholli merupakan problem yang harus dijawab oleh Pondok Pesantren.
Kitab kuning khazanah pesantren, santri harus menjaganya. Jika pesantren kehilangan kitab kuning, maka salah satu penyangga kuat ajaran Islam akan punah.